Saturday 12 October 2013

5 + 2 = 12

Cerita tentang bagaimana 5 roti dan 2 ikan bisa mengenyangkan 5000 orang adalah cerita yang paling menarik yang selalu ingin saya dengar semasa kanak-kanak. Selama bertahun-tahun yang menjadi poin perhatian saya dalam cerita itu adalah keajaiban tersebut saja. Beberapa minggu lalu kejadian demi kejadian menarik saya untuk kembali membaca cerita tersebut.

Cerita yang saya maksud tertulis dalam 4 kitab injil perjanjian baru, tapi saya paling senang dengan cara bertutur penulis Yohanes 6 : 1 - 15 karena kitab tersebut yang satu2nya menyebutkan orang yang memberi 5 roti 2 ikan, cikal bakal ribuan roti/ikan untuk 5000 orang lebih. Ia lah seorang anak, satu2nya orang dalam kerumunan orang banyak itu yang punya bekal untuk dibawa Atau yang mau memberikan bekalnya untuk Yesus.

Om Yosi, Salah seorang petugas lapangan di tim saya, bulan lalu 'terpaksa' memfasilitasi pertemuan orangtua murid di SD Waingapu 3. Di sekolah tersebut kita pernah menginisiasi kegiatan sepak bola anak yang berkualitas dengan bekerja sama dengan sekolah dan beberapa mitra. Salah satu konsekuensinya adalah sekolah harus siap dengan lapangan bola kaki yang berkualitas pula. Kepala sekolah mengakui selama ini mereka sering membuat gawang darurat namun karena lebih sering dicuri oleh oknum sekitar ketimbang dipakai siswa, akhirnya pihak sekolah lelah sendiri.

Kita sempat menawarkan agar dibangun lapangan baru dengan harapan orangtua murid dan warga sekitar berkontribusi dalam material maupun pengerjaannya. Saat itu saya ingat sekali beberapa pengurus komite menolak ide itu, "Tidak mungkin kita libatkan mereka, Ibu" kata seorang Bapak, "90% orangtua murid dan masyarakat di sini adalah pedangang sayur tangan ke tiga. Penghasilan mereka hanya pas untuk makan, Ibu, tidak mungkinlah dibebankan ke mereka" Rapat kecil itu sempat juga mengusulkan langsung mencari donatur, termasuk dari Yayasan kami, dan segera membangun lapangannya alih2 melibatkan masyarakat. Singkat cerita, setelah berbagai pertemuan akhirnya diputuskan akan dibuat pertemuan uji coba pertama dengan orangtua murid untuk melemparkan wacana lapangan bola kaki.

Pada hari H, karena kebetulam saya harus mengurus hal lain di desa lain, maka saya 'menitip' pertemuan tsb ke Om Yosi, yang memang bertugas di wilayah itu. Sosialisasi pun dilakukan Om Yosi bersama Ibu Kepsek. Catatan bahwa Om Yosi adalah fasilitator baru dan Bukan tipikal yang terbiasa berbasabasi didepan umum. Akhirnya penawaran pun digulirkan. Siapa orangtua murid yang bersedia membantu pembuatan lapangan berbiaya 30jutaan itu.

Siiiiiiiiiiingggggg.......

Tidak ada satupun tanggapan dari 50an orangtua yang hadir. Orangtua penjual sayur tangan ke tiga. Orangtua yang sebagian besar tidak lulus SD.

"Saya secara pribadi mencintai SD ini walaupun anak saya tidak ada yang bersekolah di sini" akhirnya Om Yosi memecah kesunyian. Mungkin keringat sudah mengalir deras di dahinya menghadapi kebekuan suasana itu haha. "Saya mau menyumbang 3 zak semen!"

"Saya 1 zak!"
"Saya 1 ret batu gunung!"
"Saya pasir!"
"Uang 25ribu!"
"50ribu!"

Tiba-tiba saja suara-suara ribut bergantian. Dengan kewalahan akhirnya Ibu Kepsek mencatatkan kontribusi mereka.

Minggu lalu saya menghadiri pertemuan evaluasi untuk mengetahui sampai di tahap mana perkembangan lapangan tersebut.

Sangat mengejutkan bagi saya, uang yang terkumpul sudah sebanyak 4jutaan, semen 39 zak dari Kebutuhan yang hanya 15 zak, bantuan pasit, batu gunung, thinner, cat terus berdatangan. Sampai2 rapat tersebut berkembang menjadi pembahasan pengerjaan pagar sekolah dari sisa material yang ada.

Yang saya dengar adalah pertemuan orangtua murid bulan lalu ternyata memacu pertemuan2 di tingkat RT, RW untuk menggalang kontribusi.

Kepolosan, kerelaan hati dan keberanian Om Yosi pada pertemuan orangtua murid tersebut sungguh menggugah saya. Ini makin meneguhkan saya bahwa Hanya orang yang optimis, berani membuka jalan, melakukan terobosan dengan motivasi yang murni lah yang akan mendapatkan mukjizat lima roti dua ikan sisa dua belas bakul.

Seperti anak yang tanpa pikir panjang, dan tanpa menuntut orang2 dewasa sekitarnya, langsung memberikan 5 roti 2 ikannya kepada Yesus. Saya rasa poinnya bukan hanya memberi 5 roti 2 ikan tersebut namun Semua yang ia punya, memberikan DIRINYA secara PENUH, dan dengan percaya dan yakin untuk diubah/dioptimalkan oleh Yesus untuk menjadi mukjizat dan berkat bagi orang2 di komunitasnya.

Saya teringat salah satu lirik dalam lagu "Five Loafes Two Fishes" Corrine May:
".......No gift is too small"

3 comments:

  1. mantap kak... sebuah ketulusan pasti akan membuahkan sesuatu yang baik!!

    ReplyDelete
  2. Semangat mengerjakan ketulusan, Ken! :)

    ReplyDelete
  3. Ooooooooooooiii cuknyet..
    rapi ko buat sikit artikel ko ini..

    ReplyDelete