Barusan,
ketika saya membaca-baca lagi postingan lama saya di blog ini baru saya
menyadari betapa pentingnya saya menuliskan refleksi saya setiap bulan
setidak-tidaknya. Saya jadi menyadari banyak hal-hal sepele yang patut saya
syukuri. Ketika saya membaca tulisan-tulisan yang sebenarnya masih sangat
sedikit ini saya diingatkan lagi akan rasa gembira yang saya alami saat itu
melalui detail-detail yang tadinya sudah saya lupakan.
1 Oktober
lalu, organisasi kami baru saja mengadakan ibadah syukur dan berbuka 30 jam puasa karena telah
melewati setahun fiscal 2014 dan menyambut fiscal 2015. Saat ibadah
berlangsung, saya mengingat banyak hal yang terkesan sepele sepanjang fiscal
2014.
Saya mulai
mengingat rangkaian perayaan Hari Anak Nasional di Sumba Timur yang cukup
menyita waktu sejak April hingga puncaknya di Juli. Mulai dari
perlombaan-perlombaan tingkat desa, kecamatan hingga kabupaten. Saya masih
ingat saat itu saya sampai sakit dan didiagnosa tipus oleh dokter. Lucunya,
diagnosa itu datang ketika 4 hari sebelum hari pertemuan kwartal staf.
Jauh-jauh hari sebelumnya saya sangat antusias akan pertemuan itu karena tidak
seperti biasanya, kwartal kali itu (Juni) diisi dengan games sepanjang hari.
Saya terpaksa mendelegasikan banyak kegiatan tingkat kecamatan kepada
teman-teman setim karena masih sangat lemah dan harus bedrest di rumah keluarga Kak Vidri, teman saya.
Akhirnya
pada hari H saya berangkat ke pertemuan kwartal di desa Wunga dalam status
masih pusing dan pucat ditambah suara yang masih parau dan pendengaran yang
masih terganggu karena batuk parah. Sesampainya
di Wunga, entah bagaimana saya jadi sangat bersemangat, saya mulai
dengan membangun tenda, masak, mencari kayu bakar sampai terpanggang sinar matahari.
Aneh bin ajaib tiba-tiba saja sambil camp di Wunga selama 2 hari suara saya
tiba-tiba saja pulih, saya juga lupa kapan kepala saya tidak pusing lagi,
bahkan ketika berlari-lari dan loncat-loncatan, perut saya juga menjadi sangat
normal (kecuali mengalami serangan mencret setiap makan pisang goreng haha)
Berkali-kali
setelah itu saya hampir-hampir harus jatuh sakit (di antaranya karena manajemen
waktu yang kurang baik haha), namun ajaibnya lagi setiap pagi saya hendak
mengajukan ijin sakit ke atasan, saya lebih sering terdorong untuk langsung
bersiap-siap dan akhirnya berangkat kerja dan sesampainya di lapangan, segala
sakitpun hilang.
Beberapa
kali saya merasa kecewa karena hal-hal berjalan di luar rencana, karena hasil
kegiatan tidak seperti yang saya harapkan, atau tanggapan orang lain tidak
seperti yang saya duga. Namun ajaibnya, dalam perjalanan saya pulang atau
setelahnya selalu saja ada ‘penghiburan’ yang sengaja dipertontonkan di hadapan
saya.
Satu kali
saya baru saja pulang dari salah satu desa, berargumen dengan beberapa orang
karena acara diselipi ‘acara’ mabuk massal, beberapa orang menjadi lepas
kendali dan mulai menunjuk-nunjuk teman setim saya dan mulai meracau tidak
jelas tentang organisasi kami. Para pemabuk tersebut tidak terima ‘disamperin’
oleh saya, mereka mulai menyebut-nyebut asal institusi dan garis keturunan
mereka dengan harapan saya akan merasa terintimidasi. Kekecewaan saya bertambah
karena acara saat itu berjalan semrawut dan orang-orang di desa tersebut tidak
terlihat terlalu terganggu dengan aksi mabuk-mabukan tersebut, ditambah lagi
tak seorang pun dari mereka berusaha menyelamatkan situasi saat itu, tidak
melakukan aksi perlindungan yang signifikan bagi saya dan teman saya yang nota
bene sama-sama perempuan dan bukan orang local. Seakan-akan menikmati
perdebatan alot tersebut, Orang-orang baru memberi tahu saya bahwa orang-orang
yang saya berargumen dengannya itu adalah orang-orang mabuk setelah kami
berdebat panjang lebar.
Saat pulang
ke rumah, tak jauh dari mulut gang, ada sekumpulan bocah yang adalah anak-anak
sekolah minggu saya. Biasanya saya menyapa mereka sepulang kerja. Hari itu,
acara sapa-menyapa kami menjadi tidak biasa karena tiba-tiba saja kumpulan
bocah itu mengejar saya dari tempat mereka bermain, mereka berlomba-lomba
berlari kea rah saya dan meraih tangan saya, “Horeee…kaka Pince pulang! Kaka
Pinceeeee….” Mereka berlomba-lomba memanggil nama saya dan berebutan
menggandeng dan memeluk saya hingga saya sampai di gerbang rumah. Dalam hati
saya sedikit heran, biasanya anak-anak hanya memanggil nama saya dengan (agak)
heboh, tapi tidak pernah sampai berebutan menggandeng atau memeluk saya. Namun,
apapun itu, hari itu saya mulai mengacuhkan kejadian di desa yang sempat
membuat saya merasa ‘agak bodoh’ dan malahan akhirnya sangat bersukacita karena
pelukan dan keceriaan dari anak-anak tersebut.
Itu hanya
satu contoh mewakili ribuan penghiburan yang selalu saya terima tanpa saya
duga-duga, belum lagi perlakuan-perlakuan sepele dari teman-teman
seorganisasi yang
lucu-lucu-ngeselin-nggemesin yang mana ketika saya sedang down, selalu membuat
saya tersenyum-senyum sendiri. Kejadian-kejadian miskom yang selalu dijadikan
olok-olokan massal di kantor, reaksi teman-teman yang berlebihan membuat
sesuatu yang tadinya gak penting jadi headline news, kesaksian-kesaksian doa di
hari Selasa adalah sebagian kecil saja yang menjadi hiburan-hiburan ‘sepele’
saya.
Setiap orang
di organisasi ini pasti merasakan hal yang sama seperti saya. Merasakan sedikit
kekecewaan, tapi lebih banyak bersyukur karena kejutan-kejutan ‘sepele’ yang
Tuhan munculkan dengan berbagai cara selalu menanti tanpa pernah kita prediksi.
Ia pastilah mendorong kita untuk membuka setiap pintu yang ada untuk menikmati
kejutan-kejutan tersebut.
Yg pasti sih rencana Tuhan selalu unpredictable dan lbh sempurna dr rancangan qta.seru dan mengejutkan. Mungkin kita pada awalnya akan bete krn tdk sesuai mau kita, tp pada akhirnya qta akan melihat bahwa yg Dia buat pasti lbh keren dr rencana manusia qta.
ReplyDeleteVany kadiwanu