Pada suatu
hari saat kunjungan di desa, terdengarlah kalimat “God bless you” alias “Tuhan
Memberkatimu” yang meneduhkan hati selama lebih dari sepuluh kali. Bukan saya
yang menyaksikannya, apalagi menyebutkannya. Tapi dampak dari kalimat itu pasti
besar, beberapa mungkin tidak terlihat di masa kini melainkan beberapa jam,
hari, minggu, bulan, tahun kemudian .
Di hari yang
lain terdengar pula kalimat sederhana yang meneduhkan hati, “I will help you”
alias “Saya akan membantu”. Seorang rekan asing mengatakannya kepada seorang
mitra kami yang sedang curhat tentang kendala-kendala yang ia hadapi termasuk makin
berkurangnya bantuan dana dari luar terhadap lembaganya. Bagi seorang tamu
asing tentunya berat mendengar curhatan yang frontal seperti itu, namun bantuan
yang ia tawarkan dengan tulus adalah “saya akan menulis email, berdiskusi
dengan rekan saya yang lain dan menulis surat kepada lembaga paying kami untuk
meneruskan hubungan kerja sama tersebut”. Sesederhana itu, diucapkan dengan
sungguh-sungguh dan tanpa bertendensi mencari aman. Bukan basa-basi, seminggu kemudian saya
mendapat kabar dari mitra lokal ini bahwa ia telah mendapat balasan email
tindak lanjut dari Negara sang rekan asing tersebut.
Suatu hari
yang panas yang panjang lainnya, saya terlibat percakapan panjang dengan tiga
orang rekan asing dari dua Negara berbeda. Percakapan tentang isu-isu sosial
kemasyarakatan adalah hal yang biasa. Yang berbeda adalah beberapa kali
terdengar kalimat apresiasi dari ketiga rekan ini terhadap pelayanan dan
terhadap para pekerja di daerah ini. Dan
secara khusus kepada saya sebagai rekan seperjalanan mereka. “…tanpa anda,
siapalah kami-kami ini” kata mereka yang nota bene adalah para pemimpin-penentu
arah organisasi kami secara global, dalam suatu percakapan kepada saya, “Kebijakan
demi kebijakan boleh kami rumuskan dengan mudah, namun tanpa satu orang
implementer, tanpa ada pengawal, tanpa ada first liner, apalah arti semuanya
itu. Kami sangat berterima kasih kepada anda” Alih-alih memonitoring dampak
proyek atau menodong rencana-rencana pemecahan masalah, masing-masing dari
mereka malah menceritakan awal mula sepak terjang mereka masuk ke organisasi,
dimulai dari seorang pekerja lapangan, dimulai dari marketplace hingga memenuhi
panggilan-Nya ke ladang ini. Salah satu di antara mereka adalah seorang social
expert di negaranya dan aktif menulis di jurnal serta mengajar di universitas.
Saat kami
berpisah mereka tak lupa menguatkan saya, “Terima kasih. Kerja keras anda
sekalian tak kan pernah sia-sia, kelak kalian akan menabur di tempat ini. Suatu
saat nanti mungkin anda akan menggantikan
tempat kami” dan lagi-lagi kalimat “God bless you” tidak terdengar
seperti kalimat klise.
Betapa
sederhananya mengalirkan kebahagiaan itu. Pernah saya berpikir bahwa tidak
terlalu penting apa yang kita katakan dibanding dengan niat dan perbuatan yang
akan kita lakukan. Faktanya banyak orang yang tidak mudah menerima perbuatan
baik kita yang didahului oleh kata-kata kasar ataupun discouraging. Kata-kata bukanlah
sekedar robekan-robekan karbon dioksida yang menguap sia-sia di udara. Setiap
kata adalah doa. Lagi-lagi ini tidak lagi menjadi klise bagi saya. Dalam banyak
hal, orang lain hanya ‘meminta’ kita memberikan yang mungkin paling effortless
dari kita, contohnya adalah kata-kata.
Pengalaman-pengalaman
beruntun itu mau tidak mau menohok saya untuk semakin selektif mengeluarkan
kata-kata, tidak pelit memberi apresiasi dan ucapan terima kasih. Yang lebih
penting lagi adalah (berusaha dan sekreatif mungkin) tidak pernah menyerah
menolong orang lain yang mungkin saja
tidak kita sukai walaupun dalam keadaan yang tidak nyaman. Pengalaman tersebut
juga membuat saya merindukan kebahagiaan yang berasal dari hati ketika akhirnya
kami pergi dari masyarakat. Bukan sekedar kebahagiaan karena secara fisik
mereka telah terpenuhi, namun lebih jauh karena mereka menemukan Kasih Tuhan melalui
persahabatan dengan kami (Saya).
Apakah
artinya kata-kata? Berapa banyak dari kata-kata kita yang berdampak
membahagiakan orang lain, mengubah kehidupan orang lain menjadi lebih baik,
membawa kedamaian di bumi?